Selasa, 17 Desember 2013

Bolehkah menghadiri perayaan hari raya orang kafir

Menghadiri Undangan Natal
Bolehkah seorang muslim menghadiri perayaan natal jika diundang? Atau mungkin ada acara natal bersama yang diadakan di lingkungan kantor, bolehkah dihadiri?
Perlu diketahui bahwa seorang muslim diharamkan loyal pada orang kafir sebagaimana disebutkan dalam ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51)
Di antara bentuk loyal pada orang kafir yang terlarang adalah menghadiri perayaan mereka.
Ibnul Qayyim berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لا تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم
“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”
Umar berkata,
اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم
“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.”
Diriwayatkan pula oleh Al Baihaqi dengan sanad yang jayyid dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,
من مَرَّ ببلاد الأعاجم فصنع نيروزهم ومهرجانهم وتشبه بهم حتى يموت وهو كذلك حشر معهم يوم القيامة
“Siapa yang lewat di negeri asing, lalu ia meniru yang dilakukan oleh Nairuz dan Mihrajan serta menyerupai mereka hingga mati, maka kelak ia akan dikumpulkan bersama mereka“. Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.
Jadi, jelaslah tidak boleh menghadiri undangan non muslim berkenaan dengan hari raya mereka. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.
 
Referensi:
Fatwa Syaikh Sholeh Al Munajjid no. 11427: http://islamqa.com/ar/11427
 
@ Warak, Panggang, Gunungkidul, 9 Safar 1435 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Bathilnya aqidah trinitas

Batilnya Konsep Trinitas dalam Nashrani
Ada beberapa landasan penting dalam ajaran agama Nashrani, salah satunya yang paling pokok adalah doktrin trinitas atau disebut juga tritunggal, ini merupakan doktrin yang wajib diimani oleh para penganut Nashrani (baik itu Katolik, Protestan maupun Ortodok) karena ini adalah tonggak ajaran ketuhanan bagi mereka.
Namun jika kita bandingkan dengan ajaran Islam di mana landasan utamanya (masalah aqidah), khususnya yang berkenaan dengan Uluhiyyah sangatlah jelas dan mudah dipahami, dalil-dalinya tak terhitung banyaknya baik dalam al-Qur’an maupun hadits. Namun tidak demikian adanya dalam agama Nashrani, justru pada doktrin ketuhananlah yang paling sulit untuk dipahami dan dicerna. Padahal seharusnya ini tidak boleh terjadi karena ketuhanan adalah pondasi yang paling dasar yang dibangun diatasnya ajaran-ajaran lain.
Apa itu Doktrin Trinitas?
Di dalam kamus kitab muqoddas, trinitas didefinisikan sebagai berikut: beriman pada Tuhan yang satu Bapa, anak (Yesus Kristu) dan Roh Kudus, Tuhan yang satu, zat yang satu pula, dan kesemunya adalah sama dalam hal kekuasaan, kekuatan dan kemulyaan.
Penting untuk diketahui bahwa doktrin trinitas bukanlah ajaran asli Nashrani, karena ajaran asli Nashrani adalah ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Isa ‘alaihis salam yang menyeru bani Israel untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukannya, sama seperti ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Masuknya konsep trinitas ke dalam agama Nashrani berasal dari “ajaran paganism” yang telah ada pada saat itu baik di barat maupun di timur, dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa ajaran filsafat yunani pagan juga memiliki andil dalam merusak kemurnian agama Nashrani.
Adapun secara resmi trinitas menjadi doktrin Nashrani secara bertahap jauh setelah masa Isa ‘alaihis salam, dimulai dari konsili nicea pertama pada tahun 325 M, yang diadakan untuk menyelesaikan perpecahan di antara kaum Nashrani sendiri tentang hakikat Yesus kristus, apakan ia hanya seorang Rasul (utusan Allah) ataukah memiliki sifat ketuhanan. Dan akhirnya konsili ini memutuskan bahwa Yesus bukanlah ciptaan melainkan memiliki substansi yang sama dengan Tuhan Bapa, kemudian beberapa tahun setelahnya tepatnya tahun 381 M diadakan konsili konstatinopel pertama, di sana salah satu keputusannya adalah Roh kudus juga memiliki substansi ketuhanan, nah dengan ini maka lengkaplah ajaran trinitas kristiani, Tuhan bapa, anak dan roh kudus. Sehingga kesimpulannya adalah Yesus Kristus dan Roh kudus diangkat menjadi Tuhan berdasarkan hasil musyawarah di antara para pembesar agama Nashrani. Di sini timbullah petanyaan besar di benak kita, bagaimana mungkin dasar utama aqidah keimanan yang seharusnya menjadi wewenang Allah untuk menjelaskannya ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah manusia?
Al-Qur’an Menyeru Kaum Nashrani dan Membantah Trinitas
Agama Nashrani adalah agama yang ajarannya telah banyak dirubah dan diselewangkan dari asalnya ditambah dengan ajaran-ajaran yang berasal dari luar nasaraniyah dan dimasukan ke dalamnya, sehingga ia semakin jauh dan tenggelam ke dalam kesesatan.
Trinitas sendiri adalah ajaran syirik dan kufur, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang membantah ajaran sesat Nashrani, dan menyeru mereka untuk kembali kefitroh dan mengikuti agama yang haq agama Islam, diantaranya firman Allah:
(يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا)
“Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara” (QS. An Nisa’: 171).
Al-Qur’an juga telah menegaskan kufurnya doktrin trinitas ini, dan mengacam para penganutnya dengan azab yang pedih,
(لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
Sesungguhnya kafirlah orang=orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al Maidah: 73)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala juga berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih putera Maryam”. (QS. Al Maidah: 17)
Bahkan Nabi Isa ‘alaihis salam sendiri telah berlepas diri dari kekufuran dan kesesatan orang-orang Nashrani sebagaimana dalam firman Allahm
(وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. (QS. Al Maidah: 116)
Bagaimana dengan Al Kitab?
Yang pertama sekali harus kita yakini berkenaan dengan Al Kitab adalah bahwasanya kitab suci baik itu Taurot maupun Injil tidaklah terjamin keasliannya sebagaimana diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa ‘alaihimas salam, Allah ta’ala tidak memberikan jaminan penjagaan keduanya dari perubahan sebagaimana pada Al Qur’an. Allah ta’ala sendiri telah mengabarkan bahwa para ahli kitab telah melakukan perubahan pada Al Kitab baik berupa tambahan maupun pengurangan, sehingga sering ditemukan kontradiksi antara ayat yang satu dengan yang lain, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam memberi kita petunjuk bagaimana menyikapi alkitab dalam sabdanya, “Bila datang ahlu kitab memberi kabar kepada kalian (tentang Al Kitab) maka janganlah kalian percayai ataupun kalian dustai, tapi katakanlah kami beriman kepada Allah dan Rasuln-Nya” (HR. Abu Daud).
Yang kedua bahwasanya seluruh kitab suci sebelum Rasulullah shallallah alaihi wa sallam telah mansukh (terhapus) sehingga tidak lagi menjadi pedoman setelah turunnya Al Qur’an.
Mari kita kembali ke pokok bahasan kita, Al Kitab yang diimani oleh orang-orang Nashrani terdiri dari dua bagian, pertama adalah perjanjian lama yakni Taurat yang terdiri dari banyak kitab, dan Taurat juga merupakan kitab suci bagi kaum yahudi, sedangkan bagian kedua adalah perjanjian baru yakni Injil yang juga terdiri dari beberapa kitab.
Di dalam perjanjian lama (Taurat), tidak ada satu pun nash yang jelas yang menjelaskan atau menyeru kepada ajaran trinitas, bahkan perjanjian lama tidak pernah mengajarkan doktrin trinitas, bukti yang paling jelasa adalah tidak adanya satupun orang yahudi yang beriman pada doktrin ini.
Adapun perjanjian baru (injil), doktrin trinitas kebanyakan hanya berupa isyarat-isyarat tidak secara langsung, adapun bukti tentang trinitas yang paling jelas ada dalam injil matius 28: 19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Akan tetapi, bila diamati secara seksama kutipan injil ini bukan menjelaskan bahwa Allah, Kristus dan roh kudus membentuk satu keilahiyan atau ketuhanan yang satu, yaitu ketiganya sama dalam bentuk kekekalan dan kekuasaan sebagaimana maksud dari doktrin trinitas. Justru malah sebaliknya ayat ini menunjukkan tiga wujud yang berlainan, sama halnya ketika kita menyebut tiga orang: Budi, Andi dan Bambang, misalnya.
Di sisi lain ada juga ayat-ayat di dalam perjanjian baru yang menyebutkan perkataan dari Yesus kristus yang justru maknanya bersebrangan dengan doktrin trinitas, diantaranya adalah:
Matius 23: 9-10 “Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga, Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias” kedua ayat ini jelas-jelas dengan gamblang menyeru untuk mengesakan Tuhan, kemudian menekankan posisi Yesus kristus hanya sebagai seorang pemimpin bukan Tuhan, dan dalam terjemah inggris disebut sebagai master yang artinya guru.
Lukas 23: 46 “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawaku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawanya”, ayat ini akan menjadi ruwet maknanya bila dibawa pada doktrin trinitas, bila Yesus juga adalah wujud dari Tuhan, kepada siapakah ia berseru dengan suara lantang itu? Apakah kepada dirinya sendiri? Apa gunanya ia berteriak pada dirinya sediri? Justru Tuhan yang tunggallah yang dipanggil oleh Yesus dalam ayat ini.
Yohenes 14: 24 ”Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku”, di sini sangat gamblang bagaimana Yesus menjelaskan bahwa hakekat dirinya hanyanyal seorang utusan yang diutus untuk membawa firman dari Tuhan, dan lihat pula bagaimana ia dengan tegas menyatakan bahwa firman-firman itu bukan dari dirinya karena dirinya bukanlah Tuhan.
Dan ayat yang paling jelas tentang keesaan Allah dan kedudukan Yesus yang hanya sebagai utusan Allah ada pada Yohanes 17: 3 “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”, sungguh sangat bertolak belakang doktrin trinitas dengan ayat ini.
Demikianlah beberapa contoh ayat dari perjanjian baru yang sangat kontradiktif dengan doktrin trinitas yang diyakini dan diimani oleh kaum Nashrani, dari sini kita bisa mengambil pelajaran berharga yakni betapa jauhnya orang-orang Nashrani dari petunjuk dan betapa jauhnya mereka tersesat dalam kebathilan sehingga mereka binasa di dalamnya wal’iyadzu billah, sungguh maha benar firman Allah ta’ala,
)فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ(
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash-Shaf: 5)
Dan sebagai penutup dari tulisan ini mari kita perkuat ketauhidan serta keimanan kita dengan selalu memohon kepada Allah ta’ala taufiq dan istiqomah di atas kebenaran. Mari kita selalu merenungkan serta mentadabburi firman Allah dalam surat al-Ikhlash di mana Allah ta’ala menegaskan aqidah tauhid, aqidah yang benar,
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)
 
Referensi:
Ushulul Masihiyyah Kama Yushowwiruhal Qur’an, Daud Ali al-Fadhili, terbitan Dar Zahron, tahun 2008.
Adhwa’ alal Masihiyyah, Yusuf Syalabi, terbitan Dar Al-Kuwaitiyyah, cetakan ketiga tahun 1973.
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 2011.

Penulis: Ustadz Wahid Hasyim Asyrofi, Lc (Mahasiswa S2 Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh KSA)
Editor: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Senin, 02 Desember 2013

Banyolan kaum syiah bag 2

BANYOLAN KAUM SYI'AH (bag 2) - Periwayatan Keledai !!

Kategori: Sekte Sesat
Diterbitkan pada Thursday, 21 November 2013 08:30
Klik: 3278
Tidak diragukan lagi bahwa agama syi'ah adalah agama yang berisi kekonyolan, kontradiktif, khurofat, dan penuh dengan banyolan. Ini semua menunjukkan bahwa agama syi'ah bukan dari Islam akan tetapi hasil karya orang-orang yang ingin merusak Islam dari dalam.
Berikut ini kami tampilkan banyolan-banyolan kaum syi'ah yang kami kumpulkan dari beberapa tulisan dari internet, disertai tambahan-tambahan dari kami.
Di antara banyolan-banyolan tersebut adalah :

Dalam kitab Al-Kaafi disebutkan :

Amirul Mukminin (Ali bin Abi Tholib) menyebutkan bahwa hewan yang pertama kali meninggal tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal adalah 'Ufair (himar tunggangan Nabi-pen). Ia memutuskan tali kekangnya lalu iapun lari hingga mendatangi sumur bani Khutmah di Quba', lalu iapun melemparkan dirinya dalam sumur tersebut. Maka sumur tersebut menjadi kuburannya.

Dan diriwayatkan bahwasanya Amiirul-Mukminiin (‘alaihis-salaam) berkata : “Sesungguhnya keledai itu (yaitu keledai tunggangan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Ufair-pen) berkata kepada Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi) : “Demi ayah, engkau, dan ibuku, sesungguhnya ayahku telah menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari kakeknya, dari ayahnya : Bahwasannya ia pernah bersama Nuuh di dalam perahu. Maka Nuuh bangkit berdiri dan mengusap pantatnya, kemudian bersabda : ‘Akan muncul dari tulang sulbi keledai ini seekor keledai yang akan ditunggangi oleh pemimpin dan penutup para Nabi’. Dan segala puji bagi Allah yang telah menjadikanku sebagai keledai itu” [selesai]. (Usul Al-Kaafi 1/293, [بَابُ مَا عِنْدَ الْأَئِمَّةِ مِنْ سِلَاحِ رَسُولِ اللَّهِ وَمَتَاعِهِ], hadits ke-9)

Hadits aneh ini juga disebutkan oleh Al-Majlisi dalam kitabnya Bihaar al-Anwaar 17/405 dalam bab (ما ظهر من إعجازه صلى الله عليه وسلم في الحيوانات) "Mukjizat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada hewan-hewan"

Bahkan al-Majlisi menilai hadits ini adalah hadits yang shahih. Beliau berkata :

ولا يَستبعِد من كلام الحمار مَن يؤمن بالقرآن وبكلام الهدهد والنمل وغيرهما

"Orang yang beriman kepada Al-Qur'an, beriman dengan perkataan burung Hudhud dan perkataan semut, serta selain keduanya, tidak akan merasa aneh dengan perkataan himar" (sebagaimana dinukil oleh pentahqiq Ushul Al-Kaafi), Yaitu Al-Majlisi menguatkan keshahihan hadits ini.

 

Silakan perhatikan dengan seksama……… bahwa seekor keledai telah memerankan diri layaknya seorang perawi hadits dengan menggunakan lafadh : haddatsanii abiy…dst. Tentu saja riwayat ini tidak akan kita temukan di kitab-kitab Ahlus-Sunnah. Ia terdapat dalam kitab Al-Kaafiy – kitab hadits paling valid menurut madzhab Syi’ah -.

Si keledai, bapaknya keledai, sampai kakeknya keledai menjadi rantai periwayatan yang menghubungkan pengkhabaran dari Nabi Nuuh ‘alaihis-salaam sampai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Yang aneh, hadits yang aneh ini dianggap sebagai mukjizat oleh Al-Khuu’iy – salah seorang fuqahaa’ Syi’ah kontemporer – saat menjelaskan hadits ini, ia berkata :

انظروا إلى هذه المعجزة، نوح سلام الله عليه يخبر بمحمد عليه السلام، وبنبوته قبل ولادته بألوف السنين.

“Lihatlah oleh kalian akan mu’jizat ini. Nuuh salaamullaah ‘alaihi mengkhabarkan Muhammad ‘alaihis-salaam dan tentang kenabiannya sebelum kelahirannya beribu-ribu tahun” [lihat Lillaahi Tsumma lit-Taariikh, hal. 15].

Jika manusia – yang notabene makhluk yang dikaruniai akal – harus ditimbang dalam penyampaian riwayat, bagaimana statusnya jika ia seekor keledai ? Dan bagaimana bisa khabar aneh ini mengagumkan Al-Khuu’iy dan menganggapnya sebagai satu mu’jizat ? Dan mungkinkah ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu yang terkenal teliti, kritis, dan berilmu menyampaikan khabar ini ? Nampaknya, ini adalah kebohongan serius yang telah menyisip dalam kitab Al-Kaafiy karangan Al-Kulainiy. (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/04/ketika-keledai-telah-menjadi-perawi.html)

          Yang menjadi permasalahan bukanlah himar (keledai) yang berbicara, karena bahkan batu pernah memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan ini merupkan mukjizat Nabi, demikian juga hadits-hadits dalam Shahih Al-Bukhari yang menyebutkan bahwa sapi dan serigala bisa berbicara.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah :

-         Berapa umur himar/keledai tersebut?. Bukankah antara Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam hingga Nabi Nuuh 'alaihis salam ribuan tahun??. Padahal sanad silsilah keluarga himar tersebut hanya 4 atau lima keledai. Jadi masing-masing keledai tersebut berumur ratusan tahun??!! Padahal umur himar biasanya berkisar antara 30 hingga 35 tahun, dan kalau panjang umur mungkin hingga 50 tahun??!

-         Lalu para himar tersebut bergaya sebagaimana ahlul hadits !!!. Padahal di zaman Nabi belum ada model periwayatan hadits, belum ada istilah haddatsanaa dan juga akhbaronaa…. Istilah-istilah tersebut muncul dan masyhur di zaman periwayatan hadits, yaitu setelah berlalunya generasi para sahabat.

-         Tentunya jika ada periwayatan dari hewan-hewan maka perlu ada buku yang menjelaskan tentang kedudukan para hewan tersebut, apakah sebagai perawi yang tsiqoh, ataukah dho'if, ataukah muttaham bi al-kadzib, dsb.

-         Ternyata himar ini, serta ayahnya, kakeknya, hingga buyutnya yang ada di zaman Nabi Nuuh adalah himar-himar yang cerdas. Mereka bisa membedakan mana ayah dan mana kakeknya !!!. Akan tetapi saking pintarnya sang himar ternyata mati dengan membunuh dirinya, dengan menenggelamkan dirinya di sebuah sumur ??!!. Mestinya himar ini juga –yang ditunggangi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- tahu bahwa membunuh diri adalah dosa besar.

 

Hadits ini memang ditolak oleh sebagian kaum syi'ah, setelah mengetahui kelucuan dan kekonyolan riwayat silsilah himar tersebut. Akan tetapi ternyata hadits ini disebutkan dalam kitab agama syi'ah yang paling valid dan otentik, yaitu kitab Ushuul Al-Kaafi, yang menurut Al-Mahdi bahwa kitab ini isinya seluruhnya adalah shahih. Karenanya kita dapati sebagian ulama syi'ah tetap membela keshahihan riwayat himar tersebut.

Banyolan kaum syiah rafidhoh bag1

BANYOLAN KAUM SYI'AH (bag 1) - Para Imam Syi'ah Bisa Berbahasa Bugis, Sunda, dan Madura !!!

Kategori: Sekte Sesat
Diterbitkan pada Wednesday, 20 November 2013 13:51
Klik: 5254
Merupakan perkara yang sangat menonjol pada agama syi'ah adalah sikap pengultusan terhadap imam-imam mereka yang 12, sehingga mengangkat mereka pada derajat yang lebih tinggi dari pada derajat para nabi.

Ilmu Para Imam Syi'ah Lebih Hebat daripada Ilmu Para Nabi

Terlalu banyak pernyataan-pernyataan Syi'ah yang menunjukkan pengultusan mereka yang berlebihan terhadap para imam mereka. Diantaranya adalah pernyataan-pernyataan yang menunjukkan luasnya ilmu para imam, sampai-sampai ilmu  mereka menyamai bahkan melebih ilmu para Nabi.

Diantara pernyataan mereka –sebagaiaman yang termaktub dalam kitab Ushuul Al-Kaafi (karya Al-Kulaini)-

باب أن الأئمة ورثوا علم النبي وجميع الأنبياء والأوصياء الذين قبلهم

"Bab : Bahwasanya para imam mewarisi ilmu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan seluruh nabi dan orang-orang yang diwasiatkan sebelum mereka" (Ushuul Al-kaafi 1/280)

Ini menunjukkan para imam lebih hebat dari kebanyakan nabi dan rasul, karena seluruh ilmu para nabi sebelumnya terkumpulkan pada para imam. Sementara tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa setiap nabi mengumpulkan ilmu seluruh nabi sebelumnya. Jikapun mengumpulkan ilmu seluruh nabi sebelumnya maka tidak ada dalil juga terkumpulkan ilmu seluruh nabi sesudahnya. Karenanya ilmu para imam lebih hebat dari ilmu mayoritas para nabi.

Kehebatan ilmu para imam yang melebih ilmu para nabi ditegaskan juga dalam kitab Bihaarul Anwaar (jilid 26 hal 193-200). Al-Majlisi membuat sebuah bab yang ia beri judul :

باب : أَنَّهُمْ أَعْلَمُ مِنَ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ

"Bab : Bahwasanya para imam lebih berilmu dari pada para nabi 'alaihim as-salaam" (Bihaarul Anwaar 26/193)

Lalu al-Majlisi membawakan riwayat-riwayat yang mendukung bab ini, diantaranya ;

Abu Abdillah (Imam Ja'far As-Shodiq) berkata :

"Demi Robnya ka'bah –tiga kali- bahwasanya seandainya aku di antara Musa dan al-Khodir maka sungguh aku akan kabarkan kepada mereka berdua bahwasanya aku lebih berilmu dari pada mereka berdua. Dan sungguh aku akan mengabarkan kepada mereka ilmu yang tidak mereka berdua miliki" (Bihaarul Anwaar 26/196)

Imam Al-Baaqir 'alaihis salaam berkata : "Wahai Abdullah, apa pendapatmu tentang Ali, Musa, dan Isa?". Aku (Abdullah As-Sammaan) berkata : "Aku yang harus aku katakan?". Al-Baqir berkata : "Demi Allah, Ali lebih berilmu dari pada mereka berdua (Musa dan Isa)". Lalu ia berkata, "Bukankah kalian berkata : Sesungguhnya ilmu Ali adalah ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Kami berkata : Benar, akan tetapi orang-orang mengingkari !" (Bihaarul Anwaar 26/198)

 

Ilmu Para Imam Syi'ah Lebih Hebat daripada Ilmu Rasulullah

           Meskipun dalam beberapa riwayat menunjukkan bahwa Ilmu Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu (imam pertama kaum Syi'ah) sama dengan ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, serta kaum syi'ah terkadang masih canggung dan malu-malu untuk menyatakan bahwa ilmu para imam lebih tinggi daripada ilmu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi banyak riwayat-riwayat yang lain yang menunjukkan bahwa para imam Syi'ah lebih tinggi ilmunya dari pada ilmu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Diantara riwayat tersebut adalah :

riwayat dari Abi Abdillah (imam Ja'far As-Shoodiq) dimana ia berkata :

"Sesungguhnya Allah menciptakan para rasul ulul 'azmi, dan Allah memuliakan mereka dengan ilmu, dan kami mewarisi ilmu para rasul ulul 'azmi tersebut, dan Allah memuliakan kami di atas mereka pada ilmu mereka dan ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan ilmu yang mereka tidak ketahui. Ilmu kami adalah ilmu Rasulullah dan ilmu mereka (para rasul ulul 'azmi)" (Bihaarul Anwaar 26/193).

Lihatlah sangat jelas Syi'ah meyakini bahwa ilmu para imam mereka melebihi ilmu para nabi, dan juga melebihi ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena ilmu para imam tersusun dari (1) ilmu para rasul ulul 'azmi (ditambah) (2) ilmu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (ditambah) (3) ilmu yang tidak diketahui oleh para nabi.

Selain itu terlalu banyak riwayat yang menunjukkan bahwa ilmu para imam lebih hebat daripada ilmu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Diantaranya :

1) Riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa para imam mengetahui seluruh ilmu masa depan, sementara Nabi tidak mengetahui seluruh ilmu masa depan.

Al-Majlisi membuat sebuah bab :

"Bab : Bahwasanya para imam tidak terhalangi dari ilmu langit dan bumi, surga dan neraka, dan bahwasanya ditampakkan kepada mereka perbendaharaan langit dan bumi. Mereka mengetahui ilmu yang lalu, dan ilmu yang akan datang hingga hari kiamat" (Bihaarul Anwaar 26/109)

2) Para imam mengetahui seluruh ilmu nabi dan rasul bahkan ilmu para malaikat.

Al-Kulaini membuat sebuah bab :

باب أن الأئمة يعلمون جميع العلوم التي خرجت إلى الملائكة والأنبياء والرسل

"Bab : Bahwasanya para imam mengetahui seluruh ilmu yang keluar kepada para malaikat, para nabi, dan para rasul" (Ushuul al-Kaafi 1/310)

3) Para imam mengetahui isi hati manusia, apakah mereka beriman atau munafiq.

Al-Majlisi berkata :

"Bab : Bahwasanya para imam mengetahui tentang hakekat iman dan hakekat kemunafikan orang-orang. Di sisi mereka ada kitab tertulis nama-nama penghuni surga dan nama-nama syi'ah (penolong) mereka, serta nama-nama musuh-musuh mereka" (Bihaarul Anwaar 26/117)

Sementara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengetahui seluruh orang munafiq kecuali yang dikabarkan oleh Allah.

Allah berfirman :

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الأعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (QS At-Taubah : 101)

4) Para imam syi'ah mengetahui seluruh bahasa manusia yang ada di dunia ini, sementara Nabi shalallallahu 'alaihi wasallam tidaklah demikian.

Diantara banyolan kaum syi'ah adalah meyakini bahwa imam-imam mereka mengetahui seluruh bahasa. Karenanya para imam memiliki seluruh kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah, dan mereka mampu untuk membacanya.

Tentunya kitab-kitab tersebut disusun dengan bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan bahasa masing-masing rasul dan kaumnya. Allah berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (QS Ibrahim : 4)

Para nabi berasal dari suku yang berbeda-beda, sehingga kitab-kitab yang diturunkan kepada merekapun menggunakan bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan bahasa para nabi tersebut. Nabi Musa 'alaihis salaam, tidaklah beliau berbicara dengan bahasa Arab, akan tetapi dengan bahasa kaum bani Isra'il, sehingga kitab yang diturunkan kepada beliau –yaitu kitab At-Taurot- juga dengan bahasa tersebut. Ternyata kaum Syi'ah mengimani bahwa para imam mereka mengetahui bahasa-bahasa kitab-kitab tersebut, karena kitab-kitab para nabi tersebut berada bersama para imam dan dibaca oleh para imam.

Al-Kulaini membawakan sebuah bab :

باب أن الأئمة عندهم جميع الكتب التي نزلت من عند الله عز وجل وأنهم يعرفونها على اختلاف ألسنتها

"Bab : Bahwasanya para imam di sisi mereka seluruh kitab-kitab yang turun dari sisi Allah azza wa jalla, dan bahwasanya mereka mengetahui kitab-kitab tersebut meskipun bahasanya berbeda-beda" (Ushuul Al-Kaafi 1/283)

Al-Majlisi berkata

"Bab : Bahwasanya di sisi para imam kitab-kitab para nabi, para imam membaca kitab-kitab tersebut meskipun bahasanya berbeda-beda" (Bihaarul Anwaar 26/180)

                   Bahkan para imam Syi'ah bukan hanya mengerti bahasa kitab-kitab para nabi, bahkan juga menguasai seluruh bahasa dan berbicara dengan seluruh bahasa-bahasa tersebut. Al-Majlisi berkata :

"Bab : Bahwasanya para imam mengetahui seluruh lahjat dan bahasa, serta mereka berbicara dengan bahasa-bahasa tersebut" (Bihaarul Anwaar 26/190)

Lalu Al-Majlisi menyebutkan riwayat-riwayat yang menunjukkan akan hal ini, diantaranya :

Al-Hasan bin Ali 'alaihis salam berkata : "Sesungguhnya Allah memiliki dua kota, salah satunya di timur dan yang lainnya di barat. Pada kedua kota tersebut adalah pagar dari besi, dan pada setiap kota ada satu juga pintu yang terbuka dari emas. Dan pada kota tersebut ada 70 juta bahasa, masing-masing berbicara dengan bahasa yang berbeda. Dan aku mengetahui seluruh bahasa, dan apa yang ada pada kedua kota tersebut, apa yang ada di antara kedua kota tersebut, serta tidak ada di atas kedua kota tersebut hujjah (imam) selain aku dan saudaraku al-Husain" (Bihaarul Anwaal 26/192)

Al-Harowi berkata : Imam Ar-Ridoo 'alaihis salam berbicara dengan orang-orang dengan menggunakan bahasa mereka. Beliau –demi Allah- adalah orang yang paling fasih dan yang paling berilmu tentang seluruh dialek dan bahasa. Maka pada suatu hari aku berkata kepadanya : Wahai cucu Rasulullah, sungguh aku kagum dengan pengetahuanmu tentang bahasa-bahasa yang berbeda-beda?. Maka ia berkata : Wahai Abu As-Sholt, aku adalah Hujjah Allah atas hamba-hamba-Nya, dan tidaklah boleh Allah mengangkat seorang hujjah atas suatu kaum yang hujjah tersebut tidak mengerti bahasa mereka. Tidakkah sampai kepadamu perkataan Amirul Mukiminin (Ali bin Abi Tholib) : Kami telah diberi Fashlul Khitoob?, bukankah Fashlul Khithoob kecuali adalah memahami bahasa-bahasa" (Bihaarul Anwaar 26/190)

           Setelah menyebutkan riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa para imam mengetahui seluruh bahasa dan bisa berbicara dengan seluruh bahasa, lalu Al-Majlisi berkata :

"Adapun kondisi para imam yang mengetahui bahasa-bahasa maka riwayat-riwayat tentang hal itu hampir mendekati mutawatir, ditambah dengan riwayat-riwayat umum yang tidak menyisakan lagi keraguan akan hal ini. Adapun ilmu mereka tentang keahl ian-keahlian (keduniaan), maka keumuman riwayat yang banyak menunjukkan akan hal itu, karena telah datang dalam riwayat bahwasanya al-hujjah (imam) tidak boleh bodoh dalam sesuatu apapun yang ia berkata : "Aku tidak tahu", disertai bahwasanya para imam mengetahui ilmu yang lalu, ilmu masa depan, dan bahwasanya ilmu seluruh para nabi telah sampai kepada para imam. Padahal mayoritas keahlian-keahlian dinisbahkan kepada para nabi 'alaihim as-salaam, dan telah ditafsirkan pengajaran nama-nama kepada Adam 'alaihis salaam mencakup seluruh keahilian-keahlian" (Bihaarul Anwaar 26/193)

           Karenanya para pembaca yang budiman, ternyata imam-imam mereka bisa berbicara dengan bahasa bugis dan bahasa sunda, bahkan bisa bahasa jawa dan bahasa Madura. Para imam sangat fasih untuk berkata, "mandre dan tindro", juga fasih mengucapkan "monggo pinarak", juga fasih mengucapkan "mangga.." serta mengucapkan "Da'rema…"

Riwayat-riwayat Syi'ah yang disebutkan oleh Al-Majlisi menunjukkan bahwa para imam lebih hebat daripada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menguasai seluruh bahasa. Bahkan ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengerti bahasa Yahudi.

Zaid bin Tsaabit radhiallahu 'anhu berkata

أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَعَلَّمْتُ لَهُ كِتَابَ يَهُودَ، وَقَالَ: «إِنِّي وَاللَّهِ مَا آمَنُ يَهُودَ عَلَى كِتَابِي» فَتَعَلَّمْتُهُ، فَلَمْ يَمُرَّ بِي إِلَّا نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى حَذَقْتُهُ، فَكُنْتُ أَكْتُبُ لَهُ إِذَا كَتَبَ وَأَقْرَأُ لَهُ، إِذَا كُتِبَ إِلَيْهِ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahakan aku, lalu aku mempelajari kitab kaum yahudi untuk beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Sungguh aku –demi Allah- tidak merasa aman dengan orang-orang yahudi atas tulisan-tulisanku". Maka akupun mempelajari bahasa yahudi, dan tidak sampai setengah bulan maka aku telah menguasai bahasa tersebut. Maka akupun menulis untuk Nabi jika beliau menulis, dan aku membacakan untuk beliau jika ada tulisan dikirim kepada beliau" (HR Abu Dawud no 3645 dan dinyatakan oleh Syaikh Al-Albani sebagai Hasan Shahih)

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam "Sungguh aku –demi Allah- tidak merasa aman dengan orang-orang yahudi atas tulisan-tulisanku", menunjukkan beliau tidak mengerti bahasa Yahudi, sehingga beliau khawatir kalau orang yahudi yang menuliskan untuk beliau atau membacakan tulisan yahudi untuk beliau maka ia tidak amanah dan melakukan perubahan. Maka Nabipun menyuruh Zaid bin Tsabit untuk belajar bahasa Yahudi sehingga jika Nabi hendak menulis surat dengan bahasa Yahudi maka Zaidlah yang menuliskannya, demikian juga jika ada surat datang dalam bahasa yahudi maka Zaidlah yang membacakannya.

Jika ternyata Nabi mengetahui seluruh bahasa maka ini sungguh merupakan mukjizat yang sangat hebat yang bisa menjadikan orang-orang a'jam beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, akan tetapi mukjizat ini tidaklah masyhur.

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 17-01-1435 H / 20-11-2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Mengenal salafushalih

MANHAJ
Siapakah Salafus Shalih?
9 days ago | BY
Yang Dimaksud dengan Salafush Shalih
a. Etimologi (secara bahasa):

Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan ‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil Lughah: 3/95)

b. Terminologi (secara istilah)

Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4 perkataan :

Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat Nabi saja.
Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ»

Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))

Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]

Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.

b. Dalil Dari As-Sunnah

1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ ، وَيَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذُرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))

2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ألا إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة، وإن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين، ثنتان وسبعون في النار، وواحدة في الجنة، وهي الجماعة

Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.”

[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)]

Dalam riwayat lain disebutkan:

ما أنا عليه وأصحابي

 

Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).

3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ»

Artinya:

“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.

c. Dari perkataan Salafush Shalih

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata,

“اِتَّبِعُوا وَلَا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ”

Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata,

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا أَفْضَلَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَرَّهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللَّهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِينِهِ، فَاعْرَفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ، وَتَمَسَّكُوا بِمَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ أَخْلَاقِهِمْ وَدِينِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيمِ.

Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))

Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,

“العلم ما جاء عن أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، فما كان غير ذلك فليس بعلم”

Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi mereka.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamin.

 

Referensi: Mu’taqad Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah Fi Tauhidil Asma’ Was Sifat karya Syaikh Muhammad bin Khalifah At-Tamimi, dengan beberapa perubahan redaksi.

Penulis: Lilik Ibadurrohman

Muraja’ah: Ust. Suhuf Subhan, M.Pd.I

Artikel Muslim.Or.Id

PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM www.ibnumajjah.wordpress.com 3 RISALAH TENTANG SHOLAT Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz رحمه الله SIFAT SHOLAT NABI صلي الله عليه وسلم Dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, ditujukan kepada setiap orang yang menginginkan shalatnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah صلي الله عليه وسلم karena beliau telah bersabda: صَلُّوا كَمَارَأَيْتُمُونِيْ أُصَلِّيْ "Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR. Al Bukhari [Muslim dan Ahmad]) Rincian praktek shalat Nabi صلي الله عليه وسلم yang harus kita ikuti itu adalah: Menyempurnakan wudhu, yakni berwudhu seperti yang diperintahkan Allah سبحانه و تعالي: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hen­dak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepala­mu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki..." (QS Al Maidah: 6) Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: لاَ تُقْبَلُ صَلاَةً بِغَيْرِ طَهُورٍ "Shalat tidak diterima (tidak sah) bila tanpa bersuci." [HR. Muslim] Menghadap ke kiblat (Ka'bah) dimanapun berada, dengan seluruh badan, dengan niat dalam hati melakukan shalat yang hendak dikerjakan, baik shalat fardhu maupun shalat sunnat. Niat tidak diucapkan karena hal itu tidak dianjurkan dan tidak pernah dicontohkan Nabi صلي الله عليه وسلم, dan para sahabat رضي الله عنهم pun tidak pernah melisankan niat. Nabi صلي الله عليه وسلم memerintahkan agar ketika hendak shalat kita membuat sutrah (batasan) sebagai tempat shalat, baik tatkala shalat berjama'ah maupun shalat sendiri. Takbiratul Ihram dengan mengucapkan "اللهُ أَكْبَر", dan dengan menatap ke tempat sujud. Mengangkat tangan ketika takbir setinggi pundak atau setinggi telinga. Meletakkan kedua tangan di atas dada. Tangan kanan berada di atas telapak tangan kiri. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Wail bin Hujr رضي الله عنه dan Qubaishah bin Halab At Thai dari bapaknya رضي الله عنه. Disunnatkan membaca doa Istiftah (pembukaan), yaitu: اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ “Ya Allah, jauhkanlah aku dari segala dosa, sebagai­mana Engkau menjauhkan Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala dosa seperti dibersih­kannya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari segala dosa dengan air, es, dan salju." [HR. Bukhari dan Muslim] Selain doa di atas, bisa juga membaca doa: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ "Mahasuci Engkau, ya Allah. Aku memuji-Mu dengan pujian-Mu. Mahaberkah asma-Mu, Mahatinggi kebesaran-Mu, dan tiada tuhan selain Engkau." [HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah, Shahih] Kemudian membaca ta'awwudz: (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ), basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ) dan surat Al Fatihah, karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم telah bersabda: لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ "Tidak sah shalat orang yang tidak membaca fatihatul Kitab." [HR. Bukhari dan Muslim] Setelah membaca Fatihah, ucapkan "Aamiin [آمِينَ]" dengan suara keras dalam shalat jahriah (shalat yang bacaan­nya dikeraskan/disuarakan). Setelah itu bacalah salah satu surat dari Al Qur'an yang dihafal. Ruku' dengan membaca takbir; mengangkat kedua tangan setinggi pundak atau setinggi telinga. Lalu sejajarkan kepala dengan punggung, letakkan kedua tangan di atas kedua lutut; renggangkan jari-jari; berada pada posisi tuma'ninah (menenangkan badan) dalam ruku', dan mengucapkan: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ "Mahasuci Allah yang Mahaagung." [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Shahih] Diutamakan ucapan itu diulangi tiga kali atau lebih, dan disunnatkan juga menambahkan bacaan: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ "Mahasuci Allah, Robb kami, dan dengan memuji Engkau, ya Allah, ampunilah aku." [HR. Bukhari dan Muslim] Mengangkat kepala setelah ruku' dengan mengangkat kedua tangan setinggi pundak atau telinga, seraya mengucapkan: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya." [HR. Bukhari dan Muslim], dibaca oleh imam, juga tatkala shalat sendiri. Ketika berdiri ucapkan: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ "Ya Robb kami, bagi Engkau-lah segala puji dengan pujian yang banyak, baik, diberkati,1 yang memenuhi langit, bumi, antara langit dan bumi, dan memenuhi apa saja yang Engkau kehendaki."2 Lebih baik lagi apabila setelah mengucapkan doa ter­sebut, membaca: أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ "Yang Memiliki pujian dan Keagungan yang berhak menerima apa yang dikatakan hamba-Nya. Kami semua milik-Mu, ya Allah. Tidak ada yang dapat me­nolak apa yang telah Engkau berikan; tidak ada yang dapat memberikan apa yang telah Engkau tolak; dan tidak ada gunanya bagi Engkau kekayaan manusia."[HR. Muslim] Maka hal tersebut baik, karena yang demikian itu ada dasarnya dari Nabi صلي الله عليه وسلم dalam beberapa hadits shahih. Adapun makmum ketika berdiri dari ruku' mengucapkan: "Rabbanaa wa lakal hamdu......[ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ]" dan seterusnya. Baik imam, munfarid, dan makmum disunnatkan me­letakkan kedua tangan di atas dada seperti ketika ber­diri sebelum ruku'.3 Ini berdasarkan petunjuk dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم dari hadits yang diriwayatkan oleh Wail bin Hujr رضي الله عنه dan Sahal bin Sa'ad رضي الله عنه. Sujud dengan mengucapkan takbir serta meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan (kalau bisa/mampu). Bila tidak bisa/tidak mampu, maka boleh mendahulukan meletakkan tangan sebelum lutut. Jari-jari kedua kaki dan kedua tangan dihadapkan ke arah kiblat, dan jari-jari tangan dirapatkan. Sujud di atas anggota sujud yang tujuh, yaitu kening bersama hidung, kedua tangan, kedua lutut, dan jari-jari kedua kaki, serta mengucapkan: سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى "Mahasuci Allah Yang Mahatinggi." (3X atau lebih) [HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Shahih], disunnatkan lagi membaca: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ "Mahasuci Allah, Robb kami, dan dengan memuji Engkau, ya Allah, ampunilah aku." [HR. Bukhari dan Muslim] Disunnatkan pula memperbanyak doa. Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: أَمَّا اَلرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ اَلرَّبَّ  وَأَمَّا اَلسُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي اَلدُّعَاءِ  فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ ''Tatkala ruku', maka besarkanlah/agungkanlah (nama) Robbmu. Tatkala sujud, maka bersungguh-sunggulah dalam berdoa karena doa kalian layak untuk dikabul­kan.'' (HR. Muslim) أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ. فَأَكْثِرُوامِنَ الدُّعَاءِ "Hamba yang paling dekat dengan Robbnya adalah dikala ia sedang sujud, karena itu perbanyaklah doa." (HR. Muslim) Disunnatkan pula mendoakan diri sendiri dan men­doakan umat Islam lainnya untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Ketentuan lainnya adalah merenggangkan kedua lengan dari kedua lambung, tidak merapatkan perut dengan kedua paha, merenggangkan kedua paha dari kedua betis, dan mengangkat kedua lengan dari tanah (bawah/dasar). Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم: اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ وَلَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ "Tegaklah dalam sujud kalian. Jangan ada seorang dari kalian yang meletakkan kedua lengannya seperti anjing." [HR.Bukhari dan Muslim] Mengangkat kepala dari sujud dengan mengucapkan takbir; meletakkan telapak kaki yang kiri dan mendu­dukinya; menegakkan kaki yang kanan; meletakkan kedua tangan di atas kedua paha atau lutut, dan meng­ucapkan: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَعَافِنِيْ وَاهْدِنِيْ وَاجْبُرْنِيْ 'Ya Robbi, ampunilah aku (3X)4. Ya Allah, ampunilah aku, berikanlah rezeki Mu kepadaku, sehatkan aku, tunjukilah aku, dan cukupkanlah segala kekurangan­ku."5 Hendaklah Tuma'ninah (menenangkan badan) ketika duduk sehingga tulang-tulangnya kembali lagi ke tempat asalnya, seperti i'tidal setelah ruku'. Nabi صلي الله عليه وسلم memanjangkan i'tidal setelah ruku' dan antara kedua sujud. Sujud kedua dengan mengucapkan takbir, dan meng­erjakan seperti yang dikerjakan pada sujud pertama. Mengangkat kepala dengan mengucapkan takbir; duduk sebentar seperti duduk antara dua sujud yang disebut duduk istirahat. Menurut salah satu pendapat ulama ini merupakan sunnat, karena itu apabila ini di­tinggalkan tidak apa-apa dan di situ juga tidak ada dzikir maupun doa yang harus diucapkan. Kemudian bangkit ke rakaat yang kedua dengan ber­sandar pada kedua lutut (bila kondisi memungkinkan). Bila tidak mampu, maka boleh bersandar pada alas (dasar, tempat tumpuan). Lalu membaca Al Fatihah, dan selanjutnya membaca salah satu surat dari Al Qur'an. Baru setelah itu me­ngerjakan seperti yang dilakukan pada rakaat yang pertama. Makmum tidak diperkenankan [haram] mendahului imam karena Nabi صلي الله عليه وسلم telah memperingatkan hal itu kepada umatnya. Hukumnya makruh apabila makmum gerakan­nya bersamaan dengan imam. Yang disunnatkan ada­lah semua perbuatan dilakukan setelah imam tanpa menunggu-nunggu dan setelah terhentinya suara imam. Hal ini berdasarkan sabda Nabi صلي الله عليه وسلم : إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا "Imam hanya dijadikan untuk diikuti. Karenanya janganlah kalian berbeda dengan imam. Apabila imam takbir, maka bertakbirlah. Apabila imam mengucap­kan "Sami'allaahu liman hamidah", maka ucapkanlah: "Rabbanaa wa lakal hamdu." Apabila imam sujud, maka sujudlah." (Al Bukhari-Muslim) Apabila shalat terdiri dari dua rakaat, seperti shalat Subuh, shalat Jum'at, dan shalat 'led, maka setelah sujud yang kedua, duduk dengan menegakkan kaki yang kanan; menggelar kaki yang kiri; meletakkan tangan kanan di atas paha kanan; menggenggam semua jari-jari, kecuali jari telunjuk yang mengisyaratkan pada pengesaan Allah. Menggenggamkan jari kelingking dan jari manis saja. lalu mengisyaratkan jari telunjuk, juga baik bila dilakukan. Kedua cara ini berdasarkan hadits dari Nabi صلي الله عليه وسلم Tangan kiri diletakkan di atas paha atau lutut yang kiri juga. Dalam duduk itu kemudian membaca tasyahud, yaitu: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ "Segala puja dan puji, shalat dan kebaikan milik Allah. Selamat sejahtera kepadamu, wahai Nabi, rahmat Allah dan berkah-Nya. Selamat sejahtera kepada kami dan hamba-hamba Allah yang baik. Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muham­mad itu hamba dan utusan-Nya.6 Ya Allah, sampaikan selamat sejahtera kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan selamat sejahtera kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Terpuji dan Mahaagung. Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Terpuji dan Mahaagung.7 Ya Allah, aku memohon perlindungan-Mu dari siksa jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Al Masih Ad-Dajjal."8 Kemudian berdoa apa saja meminta kebaikan di dunia dan akhirat. Jika mendoakan orang tua atau sesama kaum muslimin, maka tidak apa-apa, baik dilakukan dalam shalat wajib maupun dalam shalat sunnat. Selanjutnya salam ke kanan dan ke kiri, seraya mengucapkan: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ Apabila shalat terdiri dari tiga rakaat, seperti shalat Maghrib, atau empat rakaat, seperti shalat Dhuhur, Ashar dan shalat Isya', maka setelah membaca tasyahud dan shalawat kepada Nabi, berdiri lagi dengan bersan­dar pada lutut, mengangkat kedua tangan setinggi pundak dengan mengucapkan "Allahu Akbar", dan meletakkan kedua tangan di atas dada, lalu membaca Fatihah. Apabila dalam rakaat ketiga dan keempat dari shalat Dhuhur sesekali menambah bacaan ayat sesudah Fati­hah, maka tidak apa-apa, karena ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Said رضي الله عنه. Kemudian melakukan tahiyat setelah rakaat ketiga dari shalat Maghrib dan setelah rakaat keempat dari shalat Dhuhur, Ashar atau Isya'; membaca shalawat kepada Nabi صلي الله عليه وسلم; memohon perlindungan dari siksa jahanam, siksa kubur, dan fitnah Dajjal; memperbanyak doa sebagaimana pada shalat yang dua rakaat. Pada saat begini duduknya tawarruk, yakni meletakkan kaki kiri di bawah kaki kanan, pantat di atas lantai/alas de­ngan menegakkan kaki kanan. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abi Humaid رضي الله عنه. Setelah itu melakukan salam ke kanan dan ke kiri, seraya mengucapkan: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ HR. Bukhari         HR. Muslim Terdapat perbedaan pendapat yang maklum dalam hal ini. HR. Abu Dawud, bacaan رَبِّ اغْفِرْ لِيْ disebutkan 2 kali, namun bukan membatasi 2 kali karena lafadz ini dibaca Nabi صلي الله عليه وسلم pada saat sholat malam yang mana setiap rukun hampir sama lamanya, pensyarah Hishnul Muslim mengatakan: “beliau mengulang-ulang dan menegaskan permohonan ampunan” HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah, Shahih HR. Bukhari dan Muslim HR. Bukhari dan Muslim HR. Bukhari dan Muslim, doa sejenis dengan lafazh yang mirip dapat dilihat dalam kitab-kitab Hadits atau lihat Sifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله <<< Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya >>>

Bentengi kel dari bahaya syiah

Sebab diantara masuknya kdlm api neraka adlh memilih aqidah yg sesat salah satunya adlh syiah qs:2/168 dan wajib membntengi kel dari api neraka qs/66-6...wahai orang2 yg beriman bntengi dirimu dan kel dari api neraka
Allah menghendaki adnya syaithon dan memfasilitasi dan ini adlh ujian bagi manusia dan inilah janji iblis untuk menggoda manusia qs:15-39 iblis akan menghiasi dan menjerumuskan manusia untuk mnjadi temannya di api nerka.dan berbagai macam cara bhkan iblis mempunyai pasukan untk menggoda manusia mengiminimingi dgn memutar balikan yg buruk mnjdi baik dan juga sebaliknya qs:17:64.........
IBlIS ADlH GURU BERBAGAlSUBHAT
-----------------------------------
7 subhat iblis :
Ada sebagian orang dgn alquran dgn akal dan ada yg memakai rasa tidak dgn akal dan wahyu....ahlusunnah memakai wahyu khawarij dgn logika akal syiah dgn rasa....
ADA INFORMASI WAHYU SABDA NABI TENTANG TERPECAHNYA YAHUDI MENJADI 71 NASHRANI MENJADI 72 DAN ISLAM MBJADI 73 SEMUANYA MASUK NERAKA KECUALI 1 AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH....
Sjarah da'wah islam hadist nabi dari hudzaifah,bhwa gerbang kedaulatan islma akn di dobrak paksa:
>umar bertanya tntang adanya fitnah>terbunuhnya umar radiyallahu anhu aleh abu lulu'a almajusi ketika sdg sholat berjama'ah
>dilanjutkan dg khalifah utsman ada gerakan yg terus membuat provokasi ada gerakan 'abdullah ibnu saba' alyahud latnatullahi alahi dgn membuat isu bhwa ustman mengangkat sbgian pejabat dari kel ustman dari sinilah celah ibnu saba'dan terjadilah pembunuhan terhadap ustman meraka para pemuda yg jauh dari ulama dari sinilah gerakan khawarij setelah membunuh ustman kaum ini mncri perlindungan di sekitar 'ali Mu'aawiyah ibnu abii sufyan pemilik hak darah ats utsman untuk menuntut balasa hak darah sdgkan Ali meminta mu'aawiyah  dan pasukan untuk berba'iat dulu kpd Ali..ternyata tidak ada titik temu maka di utuslah perwakilan antara keduanya ali dan mu'aawiyah ternyata org2 khawarij bntukan ibnu saba' memunculkan subhat tidak ada hukum kecuali hukum 'Allah maka khawarij adlh org yg mengkafiri ali dan para sahabat .ibnu saba' membuat boneka apa yg skrg disebut pembela 'ali yaitu syiah maka sampai pada taraf berlebihan sampai pada taraf menuhankan Ali maka pada akhir zaman tetpecah mnjadi 3 golongan besar:
1.ahlu sunnah
2.khawarij
3.syiah
APA ITU SYIAH?
Etemologi syiah: pendukung
Semula kata ini dipakai baik oleh pendukungnya Ali dan mu;aawiyah syiahtu Ali dan syiahtu mu'awiyah pada perjalan sejarah berubah
Temonologi syii'ah yg dikenal org sekarang?
>Syiiah adalah sekumplan org yg tlh kel dari islam yg asli
>aqidah yg berbeda mngklaim cinta kpd ahlu bait alii loyalitas  kpd aliy dan ahlu bait dan alqur'an dan sholat yg berbeda dengan ummat islam
>serta memiliki tujuan2 politis internasional,sbg perpnjangan tngan dari gerakan saba'iyah yahudi dahulu dan zionisme internasional kini...,Allah 'azzawajalla berfirman kalian mengira merka bersatu pada hati mereka berpecah belah
PECAHAN SYI'AH
Pokok ajaran syi'ah
1-khilaafiyyah dan imam adlh hak 
    Aliy dan keturunanya saja
2-reinkarnasi
3-tidak mnerima hadist kec lwt jalur
    Riwayat para imamnya
4-para imam mereka ma'shuum
    Seperti para nabi
5-mnghalalkan kawin kontrak dan
    Taqiyah
GERAKAN SYII'AH DI INDONESIA.
>dngn tersebarnya ajaran barzanji   
   Maulid nabi
>secara kelembagaan memiliki seko
  Lah2,pesantren,bahkan televisi
>tokoh2nya bnyk tampil di televisi
  Bahkan berusaha masuk kdlm par
  Lemen
JURUS SELAMAT
-pesantren bermanhaj salaf yg
  Komitmen terhadap sunnah cinta
  Kpd Allah 'azzawajalla.mencintai
  Nabi dan salafushalih
-jgn mnjauhi para ulama sunnah,
-al-walaa kpd ahlusunnah dan barra kpd syiah dan ahli  bidah lainnya.

Rabu, 27 November 2013

Jika engkau tidak malu

Back  
Menu 
ENGKAU TIDAK MALU??

Kategori: Status Facebook
Diterbitkan pada Wednesday, 27 November 2013 07:31
Klik: 581
إَذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أَمَا اسْتَحْيَيْتَ تَعْصِيْنِي ..؟
Jika (di akhirat) Robku berkata kepadaku : "Apa engkau tidak malu bermaksiat kepadaku?"

وَتُـخْفِي الذَّنْبَ عَنْ خَلْقِي وَبِالْعِصْيَانِ تَأْتِيْنِي
Engkau menyembunyikan dosamu dari makhlukKu, sedangkan engkau menemuiKu dengan membawa kemaksiatan?"

فَكَيْف أُجِيْبُ يَا وَيْحِي وَمَنْ ذَا سَوْفَ يَحْمِيْني؟
Maka bagaimana aku menjawab?? Sungguh celaka diriku siapakah yang akan membelaku??

أُُسَلِّي النَّفْسَ بِالآمَالِ مِنْ حينٍ إِلَى حِيْنِي...
Kuhibur diriku dengan harapan dan angan-angan dari waktu ke waktu hingga saat ini…

وَأَنْسَى مَا وَرَاءَ الْمَوْتِ مَاذَا بَعْدُ تَكْفِيْنِي
Sementara kulupakan sesudah kematian, apa bekal yang cukup buatku…??

كَأَنِّي قَدْ ضَمِنْتُ الْعَيْشَ لَيْسَ الْمَوْتُ يَأْتِيْنِي
Seakan-akan aku telah menjamin kehidupanku, dan kematian tidak akan datang menjemputku…

وَجَائَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ الشَّدِيْدَةِ مَنْ سَيَحْمِيْنِي؟؟
Dan tiba-tiba datang sakaratul maut yang sangat keras, lantas siapakah yang akan menjagaku..??

نَظَرْتُ إِلَى الْوُجُوْهِ أَلَيْسَ مْنُهُمْ مَنْ سَيَفْدِيْنِي؟
Kulihat wajah-wajah yang melayatku, siapakah diantara mereka yang akan menebusku/menolongku…??

سَأُُسْأَلُ مَا الَّذِي قَدَّمْتُ فِي دُنْيَايَ يُنْجِيْنِي
Aku akan ditanya, apakah yang telah aku amalkan di dunia yang bisa menyelamatkan aku…??

فَكَيْفَ إِجَابَتِي مِنْ بعدُ ماَ فَرَّطْتُ فِي دِيْنِي
Bagaimana jawabanku setelah kelalaianku pada agamaku…

وَيَا وَيْحِي أَلَمِ أَسْمَعْ كَلاَمَ اللهِ يَدْعُوْنِي؟؟
Sungguh celaka diriku…apakah aku tidak mendengar firman Allah menyeruku…??

أَلَمِ أَسْمَعْ بِمَا قَدْ جَاءِ فِي قَافٍ وَيـَاسِيْنِ
Apakah aku tidak mendengar ayat-ayat yang datang dalam surat Qoof dan surat Yaasiin??

أَلَمْ أَسْمَعْ بِيَوْمِ الْحَشْرِ يَوْمَ الْجَمْعِ وَالدِّيْنِ
Apakah aku tidak mendengar tentang hari kebangkitan…hari manusia dikumpulkan…hari pembalasan..??

أَلَمْ أَسْمَعْ مُنَادِيَ الْمَوْتِ يَدْعُوْنِي يُنَادِيْنِي
Apakah aku tidak mendengar penyeru kematian memanggilku dan menyeruku…??

فَيَا رَبَّاهُ عَبْدٌ تَائِبٌ مَنْ ذَا سَيَأَوِيْنِي ؟
Wahai Robku…hambaMu bertaubat…siapakah yang akan mengasihiku…??

سِوَى رَبٍّ غَفُوْرٍ وَاسِعٍ للحقِ يَهْدِيْنِي
Selain Rabb yang Maha Pengampun Maha Pemberi karunia…yang menunjukan aku kepada kebanaran….

أَتَيْتُ إِلَيْكَ فَارْحَمْنِي وَثَقِّلِ فِي مَوَازِيْنِي
Aku mendatangiMu…maka sayangilah aku….beratkanlah timbangan kebaikanku…

وَخَفِّفْ فِي جَزَائِي أَنْتَ أَرْجَـى مَنْ يُجَازِيْنِي
Dan ringankanlah dalam memberi pembalasan kepadaku, sungguh Engkaulah Yang paling aku harapkan dari yang memberi balasan kepadaku…

Ibnu Rojab Al-Hanbali meriwayatkan dengan sanadnya (dalam kitab Adz-Dzail Tobabaqoot Al-Hanaabilah) :
Abu Haamid Al-Khulqooniy berkata : "Aku berkata kepada Ahmad bin Hanbal : Bagaimana menurutmu tentang untaian qosidah?".
Beliau berkata : "Seperti apa?"
Aku berkata : Seperti engkau berkata :

إَذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أَمَا اسْتَحْيَيْتَ تَعْصِيْنِي ..؟
Jika (di akhirat) Robku berkata kepadaku : "Apa engkau tidak malu bermaksiat kepadaku?"

وَتُـخْفِي الذَّنْبَ عَنْ خَلْقِي وَبِالْعِصْيَانِ تَأْتِيْنِي
Engkau menyembunyikan dosamu dari makhlukKu, sedangkan engkau menemuiKu dengan membawa kemaksiatan?"
Maka Ahmadpun menutup pintu dan beliapun mengulang-ngulangi perkataan

إَذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أَمَا اسْتَحْيَيْتَ تَعْصِيْنِي ..؟
Jika (di akhirat) Robku berkata kepadaku : "Apa engkau tidak malu bermaksiat kepadaku?"

وَتُـخْفِي الذَّنْبَ عَنْ خَلْقِي وَبِالْعِصْيَانِ تَأْتِيْنِي
Engkau menyembunyikan dosamu dari makhlukKu, sedangkan engkau menemuiKu dengan membawa kemaksiatan?"
Maka akupun keluar dang meninggalkannya" (Adz-Dzail 'Ala Tobaqoot Al-Hanabilah 1/299, tahqiq : DR Abdurrahman bin Sulaiman Al-'Utsaimin, Maktabah Al-'Ubaikan, cetakan pertama, tahun 1425 H/2001