Selasa, 01 Juli 2014

Muqoddimah kitabbulughul maaram

Materi 2 (1)
Muqaddimah Kitab Bulugh al-Maraam.
Imam al-Haafizh ibnu Hajar memulai kitabnya dengan menyatakan:
{ بسم الله الرحمن الرحيم }
Demikianlah penulis disini memulai kitabnya dengan menyebut basmalah, karena mencontoh al-Qur`an yang memulai dengan basmalahpada setiap suratnya kecuali surat at-taubah atau Baraa`ah. Juga mencontoh surat menyuratnya Rasulullah terhadap para raja dalam ajakannya untuk masuk islam. Pengertian Basmalah dalam ungkapan ini adalah “Aku memulai penulisan kitabku ini dengan memohon pertolongan kepada Allah dan memohon barokah kepadanya”.
Kemudian beliau lanjutkan dengan mengucapkan :
الحَمْدُ لِلّهِ عَلَى نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ قَدِيْماً وَحَدِيْثاً .وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبَيِّهِ وَرَسُوْلِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا فِيْ نُصْرَةِ دِيْنِهِ سَيْراً حَثِيْثاً وَعَلَى أَتْبَاعِهِمُ الَّذِيْنَ وَرَثُوْا عِلْمَهُمْ وَالْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَأَكْرِمْ بِهِمْ وَارِثاً وَمُوَرِّثاً أَمَّا بَعْدُ .
Segala puji bagi Allah atas segala nikmatNya yang Nampak dan yang tersembunyi, baik dimasa lalu maupun dimasa kini. Semoga sholawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi dan RasulNya Muhammad dan kepada pengikutnya dan para sahabatnya yang telah berjalan membela agamaNya dengan sangat sungguh-sungguh. Juga semoga keduanya dilimpahkan kepada para pengikut mereka yang telah mewarisi ilmu mereka. Para ulama adalah pewaris para Nabi dan alangkah mulianya merekasebagai pewaris dan yang mewarisi.
Amma ba’du:

فَهَذَا مُخْتَصَرٌ يَشْتَمِلُ عَلَى أُصُوْلِ الأَدِلَّةِ الْحَدِيْثِيَّةِ لِلأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ حَرَرْتُهُ تَحْرِيْراً بَالِغاً لِيَصِيْرَ مَنْ يَحْفَظُهُ مِنْ بَيْنِ أَقْرَانِهِ نَابِغاً وَيَسْتَعِيْنُ بِهِ الطَّالِبُ الْمُبْتَدِي وَلاَ يَسْتَغْنِي عَنْهُ الرَّاغِبُ الْمُنْتَهِي . وَقَدْ بَيَنْتُ عَقِبَ كُلِّ حَدِيْثٍ مَنْ أَخْرَجَهُ مِنَ الأَئِمَّةِ لإِرَادَةِ نُصْحِ الأُمَّةِ . فَالْمُرَادُ بِالسَّبْعَةِ : أَحْمَدُ – وَالْبُخَارِيُّ – وَمُسْلِمٌ – وَأَبُوْ دَاوُدَ – وَالتِّرْمِذِيُّ – وَالنَّسَائِيُّ – وَابْنُ مَاجَهْ . وَبِالسِّتَّةِ مَا عَدَا أَحْمَدَ . وَبِالَخَمْسَةِ مَا عَدَا الْبُخَارِيَّ وَمُسْلِمًا .وَقَدْ أَقُوْلُ الأَرْبَعَةُ وَأَحْمَدُ . وَالأَرْبَعَةُ مَاعَدَا الثَّلاَثَةَ الأُوَلَ . وَالثَّلاَثَةُ مَا عَدَاهُمْ وَعَدَا الأَخِيْرَ .وَالْمُتَّفَقُ عَلَيْهِ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ . وَقَدْ لاَ أَذْكُرُ مَعَهُمَا غَيْرَهَا وَمَا عَدَا ذَلِكَ فَهُوَ مُبَيَّنٌ
Inilah ringkasan yang mencakup dalil-dalil hadits yang induk untuk hokum-hukum syariat yang aku pilihkan dengan sangat cermat agar menjadikan orang yang menghafalnya menonjol dari sejawatnya. Juga agar dapat menjadi alat bantu para pelajar pemula (dalam belajarnya (ed.) dan ulama yang sudah pakar pun membutuhkannya. Saya jelaskan diakhir setiap hadits para ulama yang meriwayatkan hadits tersebut sebagai bentuk keinginan menasehati umat. Yang dimaksud dengan kata:
1-  “as-Sab’ah” adalah Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu daud, at-Tirmidzi, an-Nasaa`I, dan Ibnu Majah.
2- “As-Sittah” adalah mereka bertujuh kecuali Ahmad.
3- “Al-Khomsah” adalah mereka bertujuh kecuali al-Bukhori dan Muslim, kadang saya sebutkan dengan kata “al-Arba’ah dan Ahmad”.
4- “al-Arba’ah” adalah mereka bertujuh kecuali tiga pertama.
5- “ats-Tsalatsah” adalah mereka bertujuh kecuali tiga pertama dan satu terakhir.
6- “al-Muttafaq ‘alaihi” adalah al-Bukhori dan Muslim. Terkadang saya tidak menyebutkan selain mereka berdua bersama keduanya.
7- Selain ini semua maka akan disebutkan secara jelas.

وَسَمَّيْتُهُ بُلُوْغُ الْمَرَامِ مِنْ أَدِلَّةِ الأَحْكَامِ وَاللهُ أَسْأَلُ أَنْ لاَ يَجْعَلَ مَا عَلِمْنَا عَلَيْنَا وَبَالاً وَأَنْ يَرْزُقَنَا الْعَمَلَ بِمَا يُرْضِيهِ سُبْحَانَهُ .
Saya beri nama (kitab ini) dengan Bulugh al-Maraam Min Adillati al-Ahkaam. Saya memohon kepada Allah untuk tidak menjadikan semua yang kita ketahui sebagai malapetaka atas kita dan memberikan kepada kita (kemufahan) mengamalkan semua yang membuatNya ridha.
Materi 2 (2) Penjelasan atas Muqadimah:
Dalam Muqaddimah ini al-Hafizh ibnu Hajar menjelaskan sebab penulisan dan metodologi penulisan kitab bulugh al-Maraam. Hal ini sangat penting dalam mempelajari satu karya ulama dan mengetahui keinginan mereka dalam penulisan kitab.
Sebab penulisan kitab.
Beliau sampaikan sebab penulisan kitab dengan ungkapan :
“Inilah ringkasan yang mencakup dalil-dalil hadits yang induk untuk hokum-hukum syariat yang aku pilihkan dengan sangat cermat agar menjadikan orang yang menghafalnya menonjol dari sejawatnya. Juga agar dapat menjadi alat bantu para pelajar pemula (dalam belajarnya (ed.) dan ulama yang sudah pakar pun membutuhkannya. Saya jelaskan diakhir setiap hadits para ulama yang meriwayatkan hadits tersebut sebagai bentuk keinginan menasehati umat.”
Dapat disimpulkan sebab penulisan kitab ini sebagai berikut:
1- Meringkas hadits-hadits yang menjadi induk dalam masalah fikih.
2- Memberikan kemudahan dan bantuan kepada para pelajar pemula dan para ulama dalam mengenal dasar hukum-hukum fikih.
3- Bentuk keinginan memberikan nasehat kepada umat dengan menyebarkan ilmu dan hadits nabi .
Materi 2 (3) Metodologi Penulisan.
Dalam Muqadimah ini beliau juga menyampaikan metodologipenulisan kitab ini, diantaranya:
1. Beliau meringkas hadits-haditsnya dalam  pengertian menghapus sanad periwayatannya, sehingga hanya menyampaikan perawi terakhir dari hadits tersebut.
2. Beliau tidak bermaksud memperbanyak matan hadits, namun memilah-milah dengan hanya menyampaikan hadits-hadits yang menjadi induk dari hukum-hukum yang ditetapkan para ulama.
3. Beliau memilih hadits-hadits tersebut dengan sangat cermat dan memperhatikan keterangan shahih dan tidaknya hadits tersebut.
4. Beliau menyampaikan diakhir setiap  hadits nama para imam yang meriwayatkan hadits tersebut. Hal ini memiliki urgensi dan faedah yang banyak, diantaranya:
a. Menjelaskan hadits tersebut ada dalam referensi induk hadits nabi.
b. Menjelaskan Hadits tersebut sudah dikenal para imam besar.
c. Beliau telah meneliti jalur-jalur periwayatan dan menjelaskan hukum hadits tersebut.
5. Beliau menggunakan rumus tertentu untuk menyingkat nama para imam yang meriwayatkan hadits. Diantara rumusan tersebut adalah:
a. “as-Sab’ah” adalah Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu daud, at-Tirmidzi, an-Nasaa`I, dan Ibnu Majah. Mereka bertujuh adalah:
- Imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal asy-Syaibaani al-marwaziy al-baghdadi (241 H), imam ahlu sunnah dizamannya dan penulis kitab al-musnad. Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab al-Musnad.
- Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin al-Mughirah al-Bukhori (256 H) penulis kitab al-jaami’ ash-Shahih yang dikenal dengan Shahih al-Bukhori.   Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab al-Jaami’ ash-Shahih ini.
- Imam Abul Husein Muslim bin al-Hajaaj bin Muslim an-naisaburi (261 H), penulis kitab al-Jaami’ ash-Shahih yang terkenal dengan Shahih Muslim. Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab Shahih Muslim ini.
- Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sajistaani (275 H)  penulis kitab as-Sunan yang terkenal dengan Sunan Abi Dawud. Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab sunan Abi dawud ini
- Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-tirmidzi (279 H) penulis kitab al-Jaami’ yang terkenal dengan sunan at-tirmidzi atau jaami’ at-tirmidzi. Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab ini.
- Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali an-Nasaa`I (303 H) penulis kitab Sunan yang terkenal dengan sunan an-nasaa`i. Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab ini.
- Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Abdillah bin Maajah al-Qazwini (275 H), penulis kitab sunan ibnu Maajah. Disini yang dijadikan rujukan ibnu hajar adalah kitab ini.
b. “As-Sittah” adalah mereka bertujuh kecuali Ahmad. Maksudnya enam orang imam saja dan imam Ahmad tidak meriwayatkan hadits ini. 
c. “Al-Khomsah” adalah mereka bertujuh kecuali al-Bukhori dan Muslim, kadang saya sebutkan dengan kata “al-Arba’ah dan Ahmad”.
d. “al-Arba’ah” adalah mereka bertujuh kecuali tiga pertama. Sehingga yang dimaksud adalah pemilik kitab sunan (ash-Hab as-Sunan) yang empat.
e. “ats-Tsalatsah” adalah mereka bertujuh kecuali tiga pertama dan satu terakhir. Maksudnya adalah Abu Dawud, at-Tirmidzi dan an-nasaa`i
f. “al-Muttafaq ‘alaihi” adalah al-Bukhori dan Muslim. Terkadang saya tidak menyebutkan selain mereka berdua bersama keduanya. Maksudnya apabila ada disana al-bukhori dan Muslim bersama dengan kelima imam tersebut atau kurang darinya maka kadang beliau mencukupkan dengan penisbatan hadits kepada al-Bukhori dan Muslim saja.
g. Selain ini semua maka akan disebutkan secara jelas. Maksudnya selain dari ketujuh imam diatas, maka akan dijelaskan nama mereka tanpa menggunakan rumus. Misalnya: Diriwayatkan imam Maalik dan Ibnu Hibaan dll.
6. Beliau menamakan kitabnya dengan : Bulugh al-maraam min Adillati al-Ahkaam. Judul kitab ini dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan : Sampainya pelajar kepada yang diinginkan dari dalil-dalil yang menjadi dasar hukum-hukum syariat.
Materi 2(4)
Para imam yang disebutkan imam ibnu Hajar dalamkitab ini selain ketujuh imam diatas.
Jumlah imam besar yang karya dan pendapatnya dijadikan rujukan dalam kitab bulugh al-maraam ini, -baik dalam takhrij atau hukum atas hadits- mencapai 42 imam dan telah lalu 7 orang diantara mereka.
Berikut ini nama para imam tersebut disusun urut sesuai tahun wafatnya mereka:
1. Imam Abu Abdillah Maalik bin Anas bin Maalik al-Ashbahi (179 H), imam dar al hijrah, penulis kitab al-Muwaththa’
2. Imam Abu Dawud Sulaiman bin dawud bin al-jaarud ath-Thayalisi (204 H) penulis kitab Musnad yang dikenal dengan musnad Abu Dawud ath-thayalisi.
3. Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi’I (204 H) penulis kitab al-Umm.
4. Imam Abu bakar Abdurrazaaq bin Hamaam bin Naafi’ al-himyaari ash-Shan’ani (211 H) penulis kitab al-mushannaf.
5. Imam Abu Utsman Sa’id bin Manshur bin Syu’bah al-marwazi (227 H) penulis kitab Sunan yang terkenal dengan sunan Sa’id bin manshur.
6. Imam Abul Hasan Ali bin Abdillah bin ja’far as-Sa’di al-Madini (234 H) penulis kitab al-‘Ilal.
7. Imam Abu Bakar Abd llah bin Muhammad bin Ibrohim yang terkenal dengan Ibnu ABi Syaibah (235H), penulis kitab al-Mushannaf.
8. Imam AbuYa’qub Ishaaq bin Ibrohim at-tamimi al-hanzhali al-Marwazi dikenal dengan ibnu Rahawaih atau Rahuyah (238 H) penulis kitab Musnad.
9. Imam Abu Muhammad Abdullah bin Abdurahman bin al-fadhl ad-Daarimi at-Tamimi as-Samarqandi (255 H) penulis kitab al-Musnad.
10. Imam Abu ABdillah Muhammad bin yahya adz-Dzuhli al-Khurasaani (258 H).
11. Imam Abu Zur’ah Ubaidillah bin Abdilkarim ar-Raazi (264 H)
12. Imam Abu Haatim Muhammad bin Idris bin al-Mundzir al-hanzhali ar-Raazi (277 H)
13. Imam Abu Bakar Ahmad bin Abu Khaitsamah –Zuhair- bin harb an-nasaa’I (279H) penulis kitab at-Taarikh al-Kabier.
14. Imam Abu Bakar Abdullah bin Muhammad binUbaid bin Sufyaan ibnu Abi Dunya al-Qurasyi al-Umawi maulahum (281 H).
15. Imam Abu Muhammad al-Haarits bin Abi Usaamah at-tamimi al-baghdadi (meninggal di hari Arafah tahun 282 H).
16. Imam Abu Bakar Ahmad bin ‘Amru bin Abdilkhaliq al-bashri dikenal dengan al-Bazaar (292 H) penulis kitan al-Musnad.
17. Imam Abu Muhammad Abdullah bin Ali bin al-Jaarud an-naisaaburi (307 H) penulis kitab al-Muntaqa fi al-Ahkaam yang dikenal dengan Muntaqa ibnu al-Jaarud.
18. Imam Abu Ya’la Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna at-tamimi al-maushili (307 H) penulis kitab al-Musnad al-Kabir yang dikenal dengan Musnad Abu ya’la.
19. Imam Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah (311 H) penulis kitab ash-Shahih yang terkenal dengan shahih ibnu Khuzaimah.
20. Imam Abu ‘Awaanah Ya’qub bin Ishaaq bin Ibrahim bin yazid an-Naisaburi (316 H) penulis kitab ash-Shahih
21. Imam Abu ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salaamah ath-Thahaawi al-Hanafi (321 H) penulis kitab Syarhu Ma’ani al-Atsar dan Syarah Musykilal-Atsaar.
22. Imam Abu Ja’far Muhammad bin AMru bin Musaa bin Hammaad al-‘Aqili (322 H) penulis kitab adh-Dhu’afa.
23. Imam Abu ‘Ali Sa’id bin ‘Utsman bin as-Sakan al-baghdadi (353H) penulis kitab ash-Shahih al-Muntaqa.
24. Imam Abu Haatim Muhammad bin Hibbaan bin Ahmad bin Hibban al-Busti (354H) penulis kitab ash-Shahih yang terkenal dengan Shahih ibnu Hibbaan.
25. Imam Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayub bin Muthir al-Lakhmi ath-Thabrani (360H) penulis 3 kitab mu’jam ; Mu’jam al-Kabier, Mu’jam al-Ausaath dan Mu’jam ash-Shaghir.
materi 2 (5) 26. Imam Abu Ahmad Abdullah bin ‘Adi al-Jurjaani (365H) penulis kitab al-Kaamil Fi Dhu’afa ar-Rijaal.
27. Imam Abu bakar Ahmad bin Ibrohim bin Isma’il bin al-Abaas al-Isma’ili al-jurjaani (371H) penulis kitab al-Mustakhraj ‘ala Shahih al-Bukhori.
28. Imam Abul Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi al-baghdadi terkenal dengan Ad-Daraquthni (385H) penulis kitab as-Sunan yang terkenal dengan sunan ad-Daraquthni.
29. Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ishaaq bin Muhammad bin Yahya bin mandah (395H) penulis kitab Ma’rifat ash-SHahabat dan kitab al-Imaan.
30. Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah an-Naisaaburi al-Haakim dikenal dengan ibnu al-bayyi’ (405 H) penulis kitab al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain.
31. Imam Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah bin Ishaaq al-Ashbahani (430H) penulis kitab al-Mustakhrajaat ‘ala Shahih al-bukhori dan al-Mustakhrajaat ‘ala shahih Muslim
32. Imam Abu bakar Ahmad bin al-husein al-baihaqi (458H) penulis kitab as-Sunan al-kubra.
33. Imam Abu Umar Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abdilbarr bin ‘Ashim an-Namari alQurthubi (463 H) penulis kitab at-Tamhied.
34. Imam Abu Muhammad Abdulhaq bin Abdurrahman al-Azdi al-Isybili dikenal dengan ibnu al-Kharaath (581H) penulis kitab al-Ahkaam al-Kubro, al-Wustho dan al-Shughra.
35. Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abdilmalik al-Faarisi dikenal dengan ibnul Qathaan (628H) penulis kitab Bayaan al-Wahmi wal Ifhaam al-Waaqi’ain Fi Kitab al-Ahkaam.
Dengan ditambah 7 imam yang telah disebutkan oleh ibnu Hajar dengan rumus menjadi 42 imam.
Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar