Rabu, 06 November 2013

Kalimat talbiyah

Kalimat Talbiyah, Penetapan Tauhid dan
Penentangan Terhadap Syirik
Pengantar
Ketika jama’ah haji atau jama’ah umrah
mengumandangkan talbiyah, sebenarnya mereka
sedang mengikrarkan pernyataan tauhid kepada
Allah dan mengikrarkan pernyataan anti syirik.
Di bawah ini adalah sebuah risalah yang disadur
dari buah karya Syaikh Prof. Dr. Abdur Razaq bin
Abdul Muhsin al-Badr, seorang guru besar jurusan
Aqidah pada Univ. Islam Madinah di Kerajaan
Saudi Arabia. Diambil dari kumpulan risalah
beliau berjudul al-Jaami’ lil-Buhuts war-Rasaa`il,
diterbitkan oleh Daar Kunuuz Isybiliya, Riyadh,
cet. I – 1426 /2005 M, hlm. 252 – 255. Risalah
ini berisi ikrar tentang tauhid dan peringatan dari
syirik yang terdapat pada talbiyah yang
dikmandangkan oleh seseorang ketika berhaji
atau berumrah. Disadur dengan bebas oleh
Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin. Silahkan
menyimak.
Sesungguhnya kalimat talbiyah berisi pernyataan
tauhid kepada Allah dan penentangan terhadap
syirik.
Seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mulia, bernama Jabir bin Abdillah
Radhiyallahu ‘anhu, ketika menjelaskan sifat haji
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan:
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertalbiyah dengan tauhid, yaitu:
ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ، ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ، ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻭَﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔَ
ﻟَﻚَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻚَ . ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi
panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah,
tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu.
Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan
hanyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”.
[1]
Maka Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu
mensifati talbiyah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam di atas sebagai talbiyah dengan tauhid.
Sebab di dalamnya berisi pemurnian peribadatan
hanya kepada Allah dan membuang kemusyrikan.
Hal ini juga membuktikan bahwa kalimat-kalimat
talbiyah itu bukan semata lafal-lafal kosong,
tetapi mengandung makna agung yang
merupakan ruh dan asas agama, yaitu
tauhidullah.
Oleh karena itu, setiap orang yang
mengumandangkan kalimat-kalimat talbiyah di
atas wajib menghayati makna yang terkandung di
dalamnya. Sehingga ia menjadi orang yang benar
dalam bertalbiyah, kata-katanya cocok dengan
kenyataannya, ia benar-benar berpegang pada
ajaran tauhid dan menjaga hak-hak tauhid.
Menjauhi segala hal yang dapat membatalkan
tauhid, baik itu kemusyrikan maupun yang
lainnya.
Maka ia menjadi orang yang tidak akan meminta
kecuali kepada Allah, tidak akan ber-istighatsah
(bersambat) kecuali kepada Allah, tidak
bertawakkal kecuali kepada Allah, tidak akan
meminta bantuan serta pertolongan kecuali
kepada Allah, dan tidak akan mengarahkan salah
satu macam ibadahpun kecuali hanya kepada
Allah saja. Sebab hanya di tangan Allah dan
hanya menjadi kewenangan-Nya sajalah hak
untuk memberi, menahan pemberian,
melimpahkan anugerah, melimpahkan manfaat
dan menimpakan madharat. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
ﺃَﻣَّﻦْ ﻳُﺠِﻴﺐُ ﺍﻟْﻤُﻀْﻄَﺮَّ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﻋَﺎﻩُ ﻭَﻳَﻜْﺸِﻒُ ﺍﻟﺴُّﻮﺀَ ﻭَﻳَﺠْﻌَﻠُﻜُﻢْ
ﺧُﻠَﻔَﺎﺀَ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ۗ ﺃَﺇِﻟَٰﻪٌ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۚ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ
“Atau siapakah yang dapat mengabulkan
(doanya) orang yang tengah didesak kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan siapakah yang
dapat menghilangkan kesusahan dan dapat
menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi?
Apakah ada sesembahan lain yang berhak
disembah di samping Allah? Amat sedikitlah
kamu mengingat kepada-Nya” . [an-Naml/27:62].
Ketika seorang muslim dalam talbiyahnya
mengucapkan: Laa Syariika laka (tiada sekutu
bagi-Mu), maka ia wajib memahami hakikat
syirik, wajib mengerti bahaya syirik dan wajib
berhati-hati dengan sesungguh-sungguhnya agar
tidak terjerumus ke dalam syirik atau ke dalam
salah satu sebab atau salah satu jalan atau salah
satu celah yang dapat mengantarkan menuju
syirik. Sebab syirik merupakan dosa dan
kemaksiatan paling besar.
Hukuman yang ditimpakan bagi perbuatan dosa
syirik, baik hukuman di dunia maupun di akhirat,
jauh lebih berat dibandingkan dengan hukuman
yang diancamkan bagi dosa-dosa lainnya.
Hukuman bagi perbuatan dosa syirik di dunia
antara lain, bahwa orang-orang musyrik menjadi
halal darah serta hartanya, para wanita serta
anak-anak kaum musyrikin bisa menjadi tawanan
perang. Sedangkan di akhirat, dosa syirik tidak
akan diampunkan oleh Allah Azza wa Jalla
kecuali dengan bertaubat daripadanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ
ﻳَﺸَﺎﺀُ ۚ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻘَﺪِ ﺍﻓْﺘَﺮَﻯٰ ﺇِﺛْﻤًﺎ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar”. [an-Nisâ`/4:48].
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ
ﻳَﺸَﺎﺀُ ۚ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﺑَﻌِﻴﺪًﺍ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia
mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” .
[an-Nisâ`/4:116]
ﺇِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻭَﻣَﺄْﻭَﺍﻩُ
ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ۖ ﻭَﻣَﺎ ﻟِﻠﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﻧْﺼَﺎﺭٍ
“…Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim
itu seorang penolongpun”. [al-Mâ`idah/5:72]
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃُﻭﺣِﻲَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻟَﺌِﻦْ ﺃَﺷْﺮَﻛْﺖَ
ﻟَﻴَﺤْﺒَﻄَﻦَّ ﻋَﻤَﻠُﻚَ ﻭَﻟَﺘَﻜُﻮﻧَﻦَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦَ ﺑَﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪْ
ﻭَﻛُﻦْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺎﻛِﺮِﻳﻦَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu
dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:”Jika kamu
mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah
saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu
termasuk orang-orang yang bersyukur” . [az-
Zumar/39: 65-66]
Masih banyak ayat-ayat senada lainnya, dimana
Allah Azza wa Jalla mengingatkan segenap
hamba-Nya tentang syirik, bahayanya dan akibat
buruknya bagi para pelaku, baik di dunia maupun
di akhirat.
Syirik, akibatnya sangat buruk, penghabisannya
sangat menyedihkan, dan bahayanya sangat
besar. Para pelakunya tidak akan memperoleh
keuntungan apa-apa. Yang ia peroleh hanya
kerugian, kesengsaraan dan kehinaan belaka.
Syirik merupakan dosa terbesar dan kezhaliman
paling kejam. Sebab inti dari perbuatan syirik
adalah penghinaan kepada Allah Azza wa Jalla.
Syirik adalah mengalihkan hak peribadatan, yang
sebenarnya merupakan hak murni Allah, kepada
selain Allah. Perbuatan syirik berarti penentangan
dan kesombongan terhadap Allah. Di dalam
perbuatan syirik juga terkandung perbuatan
menyerupakan makhluk dengan Khaliq-Nya. Maha
Suci Allah dari adanya sekutu. Sebab dengan
perbuatan syirik itu berarti menganggap makhluk
sejajar dan serupa dengan Khaliq. Padahal ia
tidak memiliki kemampuan apapun untuk
membuat madharat serta manfaat bagi diri
sendiri, dan tidak memiliki kehidupan, kematian
serta kemampuan apapun untuk membangkitkan
diri sendiri sesudah mati, apalagi orang lain.
Sesungguhnya kewajiban setiap muslim adalah
berhati-hati sekali terhadap syirik dan sangat
takut jika terjatuh ke dalamnya. Tak urung
seorang nabiyyullah dan khalilul-Nya yaitu Nabi
Ibrahim q pun berdoa kepada Allah agar dijauhkan
dari kemusyrikan:
ﻭَﺍﺟْﻨُﺒْﻨِﻲ ﻭَﺑَﻨِﻲَّ ﺃَﻥْ ﻧَﻌْﺒُﺪَ ﺍﻟْﺄَﺻْﻨَﺎﻡَ ﺭَﺏِّ ﺇِﻧَّﻬُﻦَّ ﺃَﺿْﻠَﻠْﻦَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ
ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. Ya
Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan kebanyakan daripada manusia”.
[Ibrâhîm/14:35-36].
Nabi Ibrâhîm Alaihissallam ternyata takut jika
sampai menyembah berhala-berhala, sehingga
beliau berdoa agar Allah menyelamatkan beliau
dan anak cucu beliau dari menyembah berhala-
berhala. Apabila Nabi Ibrahim Khalilullah saja
memohon agar Allah menjauhkan diri beliau dan
diri anak keturunan beliau dari menyembah
patung-patung, apatah lagi seharusnya orang-
orang yang selain beliau.
Tidak diragukan lagi, bahwa hati yang hidup tentu
sangat takut terhadap kemusyrikan. Ia pasti akan
sangat menjaga diri dari kemungkinan terjerumus
dalam kemusyrikan dan akan senantiasa berdoa
terus menerus agar Allah menyelamatkannya dari
kemusyrikan.
Dengan demikian, maka hal ini akan menuntut
seorang mu’min untuk berusaha memahami
hakikat syirik, sebab-sebabnya, prinsip-prinsipnya
dan macam-macamnya, agar ia tidak sampai
terjatuh ke dalam syirik.
Itulah mengapa Hudzaifah bin al-Yaman
Radhiyallahu ‘anhu berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻳَﺴْﺄَﻟُﻮْﻥَ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻦِ
ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ، ﻭَﻛُﻨْﺖُ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻪُ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﻣَﺨَﺎﻓَﺔَ ﺃَﻥْ ﻳُﺪْﺭِﻛَﻨِﻲ .
ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ.
“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang
kebaikan, namun aku bertanya kepada beliau
tentang keburukan karena aku takut jika
keburukan itu menimpaku”.
Mengapa perlu memahami keburukan seperti yang
ditanyakan oleh Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu ?
Sebab orang yang hanya mengetahui kebaikan
saja, terkadang ketika ada keburukan datang, ia
tidak mengetahui bahwa itu adalah keburukan.
Sehingga mungkin ia terjerumus ke dalamnya
atau paling tidak ia tidak akan mengingkarinya.
Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu pernah
mengatakan: “Tidak lain ikatan Islam akan
terlepas seikat demi seikat ketika seseorang
tumbuh di dalam Islam tetapi tidak mengetahui
jahiliyah”.
Sesungguhnya, menjauh dari segala bentuk
kemusyrikan dan memurnikan tauhid hanya
kepada Allah, merupakan pokok yang wajib
menjadi landasan bagi setiap ketaatan yang dapat
dipergunakan oleh seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, baik berupa ibadah haji ataupun yang
lain-lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
“Dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan
berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang
telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah
berikan kepada mereka berupa binatang ternak.
Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-
orang yang sengsara lagi fakir. Kemudian,
hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang
ada pada badan mereka dan hendaklah mereka
memenuhi nazar-nazar mereka dan hendaklah
mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang
tua itu (Baitullah). Demikianlah (perintah Allah).
Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik
baginya di sisi Rabbnya. Dan telah dihalalkan bagi
kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu kaharamannya, maka
jauhilah olehmu barhala-berhala yang najis itu
dan jauhilah perkataan-perkataan yang dusta;
dengan ikhlas kepada Allah, tidak menjadi orang-
orang musyrik kepada Allah (mempersekutukan
sesuatu dengan Dia). Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka
adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung penyambar, atau
dihempaskan angin ke tempat yang jauh”. [al-
Hajj/22:27-31].
Dalam konteks ibadah haji yang terdapat pada
ayat-ayat di atas, Allah Azza wa Jalla
memperingatkan tentang syirik dan
memerintahkan untuk menjauhinya. Allah
menjelaskan kejinya syirik serta menjelaskan
akibat buruknya. Menjelaskan pula bahwa
pelakunya seakan-akan terjatuh dari langit lalu
disambar oleh burung penyambar, atau seolah-
olah dihempaskan oleh badai ke tempat yang
jauh.
Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala pada
sebelum ayat-ayat ini memerintahkan Nabi
Ibrâhîm Alaihissallam supaya membersihkan
baitullah sesudah Allah memberikan tempat
kepada Ibrâhîm di baitullah tersebut, dan
melarang berbuat syirik. Yaitu pada firman Allah
Azza wa Jalla :
ﻭَﺇِﺫْ ﺑَﻮَّﺃْﻧَﺎ ﻟِﺈِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻣَﻜَﺎﻥَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﻲ ﺷَﻴْﺌًﺎ
ﻭَﻃَﻬِّﺮْ ﺑَﻴْﺘِﻲَ ﻟِﻠﻄَّﺎﺋِﻔِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻤِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟﺮُّﻛَّﻊِ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ
“Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat
kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu
memperserikatkan sesuatupun (syirik) dengan
Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-
orang yang thawaf, orang-orang yang beribadah
dan orang-orang yang ruku’ serta sujud”. [al-
Hajj/22:26]
Dengan demikian, ayat-ayat yang berkaitan
dengan haji di atas terkelilingi dengan peringatan
terhadap syirik, larangan dari syirik dan
penjelasan tentang akibat buruk syirik. Hal ini
membuktikan bahwa syirik sangat keji dan sangat
besar bahayanya. Kita memohon kepada Allah k
agar Dia melindungi kita semua dari syirik, serta
memberikan rizki keikhlasan kepada kita, baik
dalam berkata maupun dalam berbuat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun
XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-761016]
Artikel Almanhaj.Or.Id
_______
Footnote
[1]. HR Muslim dalam sebuah hadits yang
panjang, Lihat Shahîh Muslim Syarh Nawawi,
Kitab al-Hajj, Bab: Hajjatun-Nabiyyi Shallallahu
”alaihi wa sallam . VIII/402 dst. Lafazh di atas
terdapat pada halaman 405 – Tahqîq: Khalil
Ma’mun Syiha, Dârul-Ma’rifah – Beirut, cet. II –
1415 H/1995 M.
[2]. HR Bukhâri dan Muslim. Lihat Fathul-Bari
XIII/35 – Kitab al-Fitan no. 7084 dan VI/615 –
Kitab al-Manaqib, no. 3606. Juga Shahîh Muslim
Syarh Nawawi, Tahqîq: Khalil Ma’mun Syiha
XII/439 – Kitab al-Imarah, Bab: Wujub
Mulazamah Jama’ah al-Muslimin ‘Inda Zhuhur
al-Fitan, no. 4761.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar